Jenis Bahan
Pakan Asal Hijauan
Identifikasi
genus atau species hijauan pakan menjadi semakin penting untuk dilakukan
mengingat semakin pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak khususnya
ruminansia. Identifikasi hijauan pakan khususnya rumput dapat dilakukan
berdasarkan tanda-tanda atau karakteristik vegetatif.
Hijauan
pakan dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yakni jenis rumput-rumputan dan
jenis daun-daunan. Hijauan pakan rumput-rumputan dapat berupa rumput lapangan
atau rumput unggul. Hijauan pakan daun-daunan yang gizinya paling baik adalah
daun leguminosa. Jenis leguminosa umumnya memiliki kandungan protein yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rumput-rumputan.
Rumput (Gramineae)
Rumput
merupakan hijauan pakan yang memiliki ciri perakaran serabut, bentuk dan dasar
sederhana, perakaraan silindris, menyatu dengan batang, lembar daun terbentuk
pada pelepah yang muncul pada buku-buku (nodus) dan melingkari batang (Soedomo,
1985).
Rumput
tergolong dalam Famili Gramineae yaitu tanaman monokotiledon (bijinya
terdiri atas satu kotiledon atau disebut juga berkeping satu). Struktur rumput
relatif sederhana, terdiri dari akar yang bagian atasnya silindris dan langsung
berhubungan dengan batang. Batangnya berbuku, helai daunnya keluar dari pelepah
daun (sheath) pada buku batang. Malai rumput terdiri atas beberapa bunga
yang nantinya menghasilkan biji. Hampir semua rumput adalah tanaman herba
(tidak berkayu) sedangkan ukuran, bentuk dan pola tumbuhnya sangat beragam.
Asal usul
rumput sebagai suatu jenis tanaman spesifik belum diketahui dengan pasti.
Sejarah mencatat bahwa rumput sudah menjadi vegetasi di dunia sejak 20 juta
tahun yang lampau. Penyebaran rumput pada seluruh benua mengalami akselerasi
pada jaman es Pleistocene sekitar satu juta tahun yang lalu. Penyebarannya pada
beragam lingkungan serta persilangan-persilangan yang terjadi secara alamiah
menyebabkan rumput-rumputan semakin beragam. Melalui sistem klasifikasi tanaman
yang dimiliki para ilmuwan bidang sistimatika tumbuhan dapat diidentifikasi
bahwa pola distribusi rumput-rumputan mempunyai hubungan dengan distribusi
iklim dunia. Pengelompokan genus dan species secara regional dapat dilakukan.
Kehadiran suatu jenis rumput pada kawasan tertentu dianggap sebagai jenis asli
kawasan itu.
Hingga saat
ini dikenal tiga kawasan sebagai asal dari jenis-jenis rumput budidaya yaitu
kawasan Ero-Asia, Afrika Timur dan Amerika Selatan. Kawasan Ero-Asia tengah dan
Mediteran dikenal sebagai asal-usul berbagai species rumput temperate
(empat musim). Sedangkan rumput-rumput tropika yang dikenal berasal dari Afrika
meliputi species-species Adropogon, Brachiaria, Cenchrus, Chloris,
Cynodon, Dichantium, Digitaria, Eragrostis, Hyparrhenia, Melinis, Panicum,
Pennisetum, Setaria, Sorghum dan Urochloa. Sedangkan species-species
yang dikenal berasal dari Amerika Selatan adalah Axonopus, Paspalum, Tripsacum dan
Zea.
Terdapat
lebih dari 600 genus dan lebih dari 10.000 species rumput didunia ini namun
hanya sekitar puluhan sampai ratusan species yang dibudidayakan manusia.
Diantara berbagai species itu, yang paling populer di Indonesia adalah rumput
gajah (Pennisetum purpureum).
Rumput ini memang paling menonjol dipromosikan untuk dibudidayakan di kawasan
pertanian campuran dimana lahan yang dapat dialokasikan untuk menanam rumput
relatif sempit. Pada satu unit lahan
maka rumput gajah memberikan biomasa yang besar dibandingkan jenis rumput lain.
Hal itu dikarenakan rumput itu tumbuh tegak dan tinggi, mencapai 1,5 meter,
sehingga jumlah biomasa per unit tanamannya lebih tinggi daripada jenis-jenis
rumput yang tumbuh pendek. Akar utama
rumput terbentuk sesudah perkecambahan dan selama pertumbuhan tanaman muda
(seedling). Akar sekunder berbentuk padat di bawah permukaan tanah dekat dengan
batang dasar (Reksohadiprodjo, 1985).
Rumput
dibedakan menjadi dua golongan yaitu rumput potong dan rumput gembala (Soegiri
et. al, 1982). Syarat rumput potong adalah produksi per satuan luas cukup
tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal, banyak anakan dan responsif terhadap
pemupukan, contohnya adalah Pennisetum purpureum, Panicum maximum,
Euchlaena mexicana, Setaria sphacelata, Panicum coloratum, Sudan grass.
Syarat rumput gembala adalah pendek atau menjalar (stolon), tahan renggut dan
injak, perakarannya kuat dan dalam, serta tahan kekeringan. Contohnya adalah Brachiaria
brizantha, Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica, Paspalum dilatatum,
Digitaria decumbens, Chloris gayana (Susetyo, 1985).
Sebagai Bahan Pangan
Kehadiran
rumput didunia tidak hanya bermanfaat untuk kehidupan ruminansia. Interaksi
rumput dengan manusia secara langsung telah menjadikan rumput sebagai bagian
dari budaya pangan manusia. Dahulu kala, diperkirakan sebelum 13.000 tahun yang
silam, manusia masih hidup secara nomadik. Migrasi yang dilakukan manusia dari
satu lokasi ke lokasi lain juga disertai dengan proses mengumpulkan biji dari
beragam jenis tanaman untuk dibawa sebagai persediaan pangan. Sebagian besar
biji tanaman yang dikumpulkan itu berasal dari rumput-rumputan (Crowder dan
Chheda, 1992). Beberapa jenis tanaman itu mengalami perkawinan silang pada
lingkungan barunya sehingga menambah keragaman jenis tanaman penghasil pangan.
Dalam perkembangan budaya manusia, sekitar 11.000 tahun yang silam, seleksi
mulai dilakukan terhadap jenis-jenis tanaman yang paling disukai manusia untuk
dikembangkan demi mengamankan ketersediaan pangan mereka. Proses ini
menghasilkan jenis-jenis tanaman pangan seperti sorgum (Sorghum), bulrush
millet (Pennisetum americanum), finger millet (Eleusine coracana),
teff (Eragrostis abyssinia) di Afrika; padi (Oryza sativa) di
Asia; gandum (Triticum spp), rye (Secale cereale) dan barley (Hordeum
spp) di Euro-Asia serta jagung (Zea mays) di Amerika.
Budidaya
jenis-jenis rumput sebagai tanaman pangan mulanya dilakukan dengan pola
berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain sehingga budidaya dapat selalu
dilakukan pada lahan yang subur (slash and burn agriculture). Hal ini,
kecuali dapat menjamin produksi butiran untuk pangan juga memfasilitasi
penyebaran dan kehadiran jenis-jenis rumput lain. Karena, setelah biji tanaman
pangan dipanen untuk pangan kemudian lahan tempat tumbuhnya ditinggalkan untuk
berpindah ke lahan lain maka lahan yang ditinggalkan secara alamiah akan
ditumbuhi rumput-rumputan semusim, diikuti rumput-rumputan tahunan dan kemudian
tanaman-tanaman berkayu. Rumput-rumputan ini menjadi sumber pakan alamiah untuk
ruminansia.
Setelah
melewati masa pola kehidupan mengumpulkan dan berburu (hunting and gathering)
untuk menjamin keamanan pangan kemudian pada periode antara 11.000 sampai
10.000 tahun yang lalu, pola hidup manusia yang nomadik mulai berubah menjadi
semi-menetap (Reed, 1969; Flannery, 1969).
Pola hidup
semi-menetap atau menetap itu menuntut penangkaran dan budidaya tanaman pangan.
Hewan herbivora yang mulanya merumput bebas pada padang rumput alam yang
terbentuk akibat perladangan berpindah juga harus ditangkar agar dapat
dipelihara ditempat tertentu sehingga tidak mengganggu/ memakan tanaman pangan
yang sedang tumbuh pada lahan pertanian sampai bijinya dapat dipanen. Dengan
demikian, proses penangkaran hewan diperkirakan juga berlangsung pada kurun
waktu dimana orang mulai melakukan budidaya tanaman pangan secara semi-menetap
atau menetap. Selama proses penangkaran, hewan herbivora dipelihara dengan
diberi pakan rumput-rumputan, daun-daunan tanaman semak atau pohon-pohonan
serta daun dan batang limbah tanaman pertanian. Bahan-bahan dengan
ligno-selulosa tinggi ini tidak bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia dan
justru ternak herbivora dapat mengubahnya menjadi bahan-bahan yang dibutuhkan
manusia seperti susu, daging, kulit dan wool.
Sebagai
Bahan Pakan
Telah
disingung pada berbagai sub-bab diatas tentang adanya interaksi antara rumput, padang
rumput dan ruminansia sejak masa silam hingga saat ini. Padang rumput alam di
Eropa, Asia, Amerika dan Australia secara tradisional telah menjadi sumber
pakan ruminansia yang merumput di padang itu. Investor yang berupaya
mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan padang rumput alam untuk memproduksi
daging atau susu melakukan investasi memperbaiki produktivitas padang rumput
alam. Hal ini difasilitasi pula oleh riset yang memungkinkan efisiensi
tatalaksana pemanfaatan padang rumput serta seleksi jenis-jenis rumput yang
sesuai untuk dibudidayakan dalam rangka peningkatan produktivitas. Sejalan
dengan hal ini berbagai jenis rumput telah terseleksi dari kawasan Ero-Asia,
Afrika dan Amerika Selatan untuk
dibudidayakan secara khusus dalam rangka menunjang peningkatan produksi ternak
ruminansia.
Tidak banyak
dari belasan atau puluhan ribu species rumput yang kemudian terpilih menjadi
jenis-jenis rumput budidaya. Untuk tujuan memperbaiki padang rumput alam,
membangun pastura ataupun untuk keperluan pemuliaan hijauan pakan ternak
terdapat karakteristik yang diharapkan dari jenis-jenis rumput ataupun
leguminosa yang akan diseleksi. Karakteristik harapan itu dapat bersifat umum
atau spesifik. Adapun karakter harapan yang spesifik itu bergantung pada
situasi kondisi tertentu dimana rumput atau leguminosa terseleksi akan
dimanfaatkan. Sedangkan karakter yang secara umum diharapkan dari rumput atau
leguminosa adalah mampu berproduksi tinggi dengan kualitas baik, persisten,
mampu ber-asosiasi dengan jenis-jenis hijauan lain serta mudah untuk
dikembangbiakkan. Karakteristik tersebut pada akhirnya harus dapat memberikan
produksi ternak yang tinggi. Adapun diskripsi dari masing-masing karakter itu
adalah:
Kemampuan
Produksi dan Kualitas Tinggi. Artinya, bahwa hijauan mampu menghasilkan bahan
kering yang tinggi, toleran terhadap cekaman air, temperatur tinggi ataupun
rendah, mempunyai tingkat kecernakan dan palatabilitas tinggi sehingga dapat
dikonsumsi ternak dalam jumlah tinggi pula.
Persisten.
Berbeda dengan tanaman pangan maka hijauan pakan ternak, rumput atau
leguminosa, diharapkan untuk lebih permanen pada pastura. Untuk itu maka mereka
diharapkan untuk tahan terhadap pemotongan normal ataupun penggembalaan, mampu
menghasilkan biji, tahan kekeringan, temperatur ekstrim dan api serta tahan
terhadap penyakit dan serangan hama
Mampu
berasosiasi dengan species lain. Berbagai pastura seringkali dibangun dengan
mencampur rumput dan leguminosa dengan tujuan menyediakan hijauan berkualitas
tinggi secara kontinyu, menyediakan ransum seimbang dalam hal protein, energi
dan mineral serta menekan kebutuhan pupuk nitrogen dengan memanfaatkan transfer
nitrogen dari leguminosa pada rerumputan. Terkait dengan hal ini, beberapa
faktor yang relevan dengan kemampuan ber-asosiasi yang perlu diperhatikan
adalah sifat tumbuh tanaman (membelit, merayap atau vertikal), kemampuan
berkompetisi atas unsur hara ataupun sinar matahari, mempunyai palatabilitas
baik dan mempunyai respon yang positip terhadap pemotongan
Mudah
dikembangbiakkan. Meskipun diketahui berbagai jenis rerumputan ataupun
leguminosa dapat dikembangbiakkan dengan stek ataupun sobekan rumpun (secara
vegetatip) tetapi kemampuannya untuk menghasilkan biji perlu mendapatkan
perhatian. Hal tersebut untuk memastikan adanya regenerasi tanaman seandainya
terjadi keadaan alamiah yang tidak diharapkan seperti musim kering yang panjang
dan memungkinkan pembuatan padang rumput baru melalui cara generatip. Apabila
kemampuan hijauan pakan ternak menghasilkan biji adalah buruk maka kemungkinan
akan menimbulkan beberapa masalah seperti mahalnya harga biji tanaman itu dan
kegiatan seleksi serta pemuliaan dapat terhambat karena biji yang tersedia untuk
evaluasi hanya sedikit.
Untuk setiap
kawasan selalu dijumpai jenis-jenis rumput yang dapat beradaptasi dengan
kondisi setempat. Beberapa jenis rumput budidaya yang sesuai untuk kawasan
dengan iklim tropika basah adalah Brachiaria
mutica, Cynodon dactylon, Digitaria decumbens, Melinis minutiflora, Pennistem
clandestinum, Pennisetum purpureum, Paspalum dilatatum, Paspalum plicatulum
dan Setaria anceps. Adapun untuk kawasan tropika kering maka terdapat
jenis-jenis rumput budidaya seperti Cenchrus ciliaris, Chloris gayana,
Panicum coloratum, Panicum maximum, Panicum antidotale.
Jenis-jenis
Rumput
Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum)
Rumput gajah
berasal dari Afrika daerah tropik, perennial, dapat tumbuh setinggi 3 sampai
4,5 m, bila dibiarkan tumbuh bebas, dapat setinggi 7 m, akar dapat sedalam 4,5
m. Berkembang dengan rhizoma yang dapat sepanjang 1 m. Panjang daun 16 sampai
90 cm dan lebar 8 sampai 35 mm (Sutopo, 1988). Rumput gajah mempunyai perakaran
dalam dan menyebar sehingga mampu menahan erosi serta dapat juga berfungsi
untuk menutup permukaan tanah (Soegiri et. al, 1982).
Rumput gajah
adalah tanaman tahunan, tumbuh tegak, mempunyai perakaran dalam dan berkembang
dengan rhizoma untuk membentuk rumpun (Soedomo, 1985). Adaptasi rumput ini
toleran terhadap berbagai jenis tanah, tidak tahan genangan, tetapi responsif
terhadap irigasi, suka tanah lempung yang subur, tumbuh dari dataran rendah
sampai pegunungan, tahan terhadap lindungan sedang dan berada pada curah hujan
cukup, sekitar 1000 mm/tahun atau lebih. Kultur teknis rumput ini adalah bahan
tanam berupa pols dan stek, interval pemotongan 40 – 60 hari, responsif
terhadap pupuk nitrogen, campuran dengan legum seperti Centro dan Kudzu,
produksinya 100 – 200 ton/ha/th (segar), 15 ton/ha/th (BK), renovasi 4 – 8
tahun (Reksohadiprodjo, 1985). Rumput Gajah toleran terhadap berbagai jenis
tanah, tidak tahan genangan, tetapi respon terhadap irigasi, suka tanah lempung
yang subur, tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan, tahan terhadap
lingkungan sedang dengan curah hujan cukup, 1000 mm/th atau lebih (Susetyo,
1985).
Rumput Raja
(Pennisetum purpupoides)
Rumput raja
pertama kali dihasilkan di Afrika Selatan, termasuk dalam famili Graminae, sub
famili Poanicoidea dan tribus Paniceae. Rumput raja termasuk tanaman perennial,
beradaptasi dengan baik di daerah tropis, tanah tidak terlalu lembab dengan
drainase yang baik (Widjajanto, 1992). Rumput raja tumbuh tegak membentuk
rumpun, tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai tinggi dengan curah hujan
sekitar 1000 – 1500 mm/th, tidak tahan naungan dan genangan air, hidup pada
tanah dengan pH sekitar 5. Tanaman ini tidak dapat diperbanyak dengan
menggunakan stek dengan panjang sekitar 25 – 30 cm atau 2 ruas
(Reksohadiprodjo, 1985).
Rumput Raja
mempunyai ciri-ciri antara lain: tumbuh berumpun – rumpun, batang tebal, keras,
helaian daun panjang dan ada bulu serta permukaan daunnya luas. Produksi rumput
Raja segar dapat mencapai 40 ton /hektar sekali panen atau antara 200 – 250
ton/hektar/tahun (Rukmana, 2005). Tanaman rumput raja dapat dikombinasikan
dengan tanaman legum agar karakternya lebih meningkat. Rumput raja berfungsi
mencegah kerusakan tanah akibat erosi yang melanda permukaan tanah akibat
sapuan air pada musim penghujan (Syarief, 1986). Bahan tanaman rumput raja ada
dua macam yaitu dengan stek dan robekan rumpun yang dapat tumbuh pada tempat
sampai ketinggian 1500 meter dari permukaan air laut (Sukamto, 2006).
Rumput
Setaria (Setaria sphacelata)
Rumput
setaria dikenal dengan sebutan rumput Goden Timothy atau Setaria sphacelata,
berasal dari Afrika tropik dan memilki siklus hidup parenial. Rumput setaria
merupakan tanaman yang dapat membentuk rumpun yang lebat, kuat, dengan atau
tanpa stolon dan rhizoma (Reksohadiprodjo, 1985). Rumput Setaria daunnya lebar
dan agak berbulu pada permukaan atasnya. Pangkal batangnya berwarna cokelat
keemasan. Setaria sphacelata biasanya dikembangbiakkan dengan pols (Soegiri et.
al, 1982).
Rumput ini
ketika dewasa dapat mencapai ketingian 180 cm, tahan kering dan genangan, hidup
pada ketinggian 1000 kaki, dan pada curah hujan 25 inchi pertahunnya
(Reksohadiprodjo, 1985). Rumput setaria yang dipotong pada umur 43 – 56 hari
mempunyai kandungan bahan kering, lemak kasar, serat kasar, BETN, protein
kasar, dan abu masing-masing sebesar 20,0%; 2,5%; 31,7%; 45,2%; 9,5%; dan 2,2
%. Pada kondisi optimum, Setaria memiliki kandungan protein kasar lebih dari 18
% dan serat kasar 25 % (Soedomo, 1985). Rumput setaria tumbuh baik pada curah
hujan 750 mm/th atau lebih, toleran terhadap berbagai jenis tanah tetapi lebih
suka pada tanah tekstur sedang, tahan genangan dan kering apabila lapisan olah
dalam. Kultur teknisnya adalah bahan tanam berbentuk pols, biji (2 – 5 kg/ha),
jarak tanam 70 x 90 cm, responsif terhadap pupuk nitrogen, pemotongan 35 – 40
hari (musim hujan) dan 60 hari (musim kemarau) (Reksohadiprodjo, 1985).
Rumput Benggala (Panicum
maximum)
Panicum
maximum atau rumput Benggala atau disebut juga Guinea grass berasal dari Afrika
tropik dan sub tropik. Rumput jenis ini dapat berfungsi sebagai penutup tanah,
penggembalaan, ataupun diolah dalam bentuk hay dan silase (Reksohadiprodjo,
1985). Ciri tanaman ini adalah tumbuh tegak membentuk rumpun, tinggi dapat
mencapai 1 – 1,8 m, daun lebih halus daripada rumput gajah, buku dan lidah daun
berbuku, banyak membentuk anakan, bunga tersusun dalam malai dan berwarna hijau
atau kekuningan, serta akar serabut dalam (Setyati,1980).
Sifat hidup
dari Panicum maximum adalah perennial, tumbuh baik pada daerah dataran rendah
sampai 1959 dari permukaan laut, curah hujan yang sesuai untuk rumput jenis ini
adalah 1000 – 2000 mm/thn, rumput jenis ini tahan kering tetapi tumbuh baik
jika cukup air walaupun tidak tahan genangan (Setyati, 1980).
Panicum maximum juga tahan naungan, responsif
terhadap pupuk nitrogen, dan juga tahan penggembalaan sehingga dapat dijadikan
rumput potong ataupun pastura Pengelolaan tanaman ini dapat dilakukan dengan
budidaya total, untuk perbanyakan tanaman ini dapat menggunakan biji 4 – 12
kg/ha atau dengan menggunakan sobekan rumput, jarak tanam yang sesuai adalah 60
x 60 cm (Soegiri et. al, 1982). Panicum maximum dapat ditanam bersama leguminosa
Centrosema dengan perbandingan 4 – 6 kg Panicum per ha dan 2 – 3 kg Centro per
ha atau dalam baris-baris berseling Pemotongan dapat dilakukan 40 – 60 hari
sekali atau dengan kata lain pemotongan pertama dapat dilakukan 2 – 3 bulan.
Pembongkaran kembali dapat dilakukan setelah 5 – 7 tahun (Widjajanto,1992).
Panicum maximum mampu menghasilkan produksi biji 75 – 300 kg/ha dan
menghasilkan produksi hijauan sebanyak 100 – 150 ton bahan kering per ha per
tahun.
Legum (Leguminoceae)
Leguminosa
adalah tanaman dikotilledon (bijinya terdiri dari dua kotiledon atau disebut
juga berkeping dua). Famili tanaman leguminosa terbagi atas tiga sub-famili
yaitu Mimosaceae, Caesalpinaceae dan Papilionaceae. Mimosaceae
adalah tanaman perdu berkayu dengan bunga biasa sedangkan Caesalpinaceae
mempunyai bunga irregular. Adapun Papilionaceae adalah tanaman semak
berkayu dengan bunga papilionate atau berbentuk seperti kupu. Antar jenis
leguminosa terdapat perbedaan morfologi. Umumnya, sistem perakaran leguminosa
terdiri atas akar primer yang aktif dan mempunyai cabang-cabang sebagai akar
sekunder. Akar primer (tap root) tumbuh jauh kedalam tanah. Sistem
perakaran itu umumnya terinfeksi oleh bakteri dari species Rhizobium sehingga
terbentuk bintil-bintil atu nodul-nodul akar. Antara bakteri dan tanaman
leguminosa terjadi simbiose mutualistik. Untuk pertumbuhannya, bakteri
menggunakan Nitrogen yang diserap dari udara dan kemudian populasi bakteri yang
mati menjadi sumber Nitrogen untuk pertumbuhan tanaman leguminosa.
Famili
legume dibagi menjadi 3 group sub famili, yaitu: mimisaceae, tanaman kayu dan
herba dengan bunga “regular”, caesalpinaceae, tanaman dengan bunga
“irregular” dan papilonaceae, tanaman kayu dan herba ciri khas berbentuk
bunga kupu-kupu (Susetyo, 1980). Hijauan pakan jenis leguminose
(polong-polongan) memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis
legume umumnya kaya akan protein, Ca dan P. Leguminose memiliki bintil-bintil
akar yang berfungsi dalam pensuplai nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil
akar inilah bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan
kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara. Itulah sebabnya penanaman campuran
merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak,
disamping memeperbaiki kesuburan tanah (AAK, 1983).
Kebanyakan tanaman pakan dan tanaman ekonomi penting termasuk dalam
papiloneceae group. Legume ada yang mempunyai siklus hidup secara annual,
biennial atau perennial (Soegiri et al., 1982). Leguminosa memegang peranan penting sebagai hijauan pakan ternak dan
rumput-rumputan untuk ternak herbivora (Lubis, 1992). Dijelaskan lebih lanjut
bahwa leguminosa mempunyai sifat-sifat yang baik sebagai bahan pakan dan
mempunyai kandungan protein dan mineral yang tinggi. Tanaman leguminosa
meskipun mempunyai kandungan nutrisi cukup tinggi tetapi hanya dapat digunakan
sebagai campuran pakan hijauan paling banyak 50% dari total hijauan yang
diberikan (Susetyo, 1980). Hal ini disebabkan karena dalam leguminosa terdapat zat
anti nutrisi seperti mimosin, anti tripsin, dan juga mempunyai banyak bulu
sehingga palatabilitasnya rendah.
Lebih jelasnya berikut sistematika Taxonomi
dari legum :
Sistematika Taxonomi
|
Golongan
|
Phylum
|
Spermatophyta
|
Sub phylum
|
Angiospermae
|
Class
|
Dicotyl
|
Ordo
|
Rosales
|
Family
|
Leguminoceae
|
Sub Family
|
Papillionaceae
|
Genus
|
Centrosema, Peuroria,Calopogonium
|
Spesies
|
Pubescens, Phaseloides, Mucunoides
|
Sama seperti
rumput, asal-usul leguminisa tidak diketahui dengan pasti. Fosil tertua
menunjukkan bahwa leguminosa, bersama rumput, hadir didunia sejak lebih dari
seratus tiga puluh juta tahun yang lalu, pada era mesozoic periode cretaceous
pada jaman neocomian. Bentuk dasar leguminosa yang ada saat itu seperti
pohon-pohon tropika. Kemudian, interaksinya dengan dengan mamalia primitif pada
era itu (seperti Dinosaurus) yang bersifat browser (meramban daun
pepohonan) serta injakan mamalia besar itu membuat pohon leguminosa mengalami
penurunan populasi dan evolusi. Struktur tanaman ini mengalami modifikasi
menjadi tanaman semak, tanaman pemanjat berkayu, tanaman musiman dan akhirnya
menjadi tanaman tahunan (Semple, 1970). Tanaman leguminosa ini tersebar diseluruh
benua namun tidak pernah menjadi tanaman yang dominan pada suatu kawasan
seperti layaknya rumput. Apabila rumput secara alamiah dapat menjadi tanaman
dominan pada suatu kawasan sehingga membentuk padang rumput (grassland) tetapi,
tidak ada suatu kawasan didunia yang dapat disebut sebagai padang leguminosa
(legumelands). Mungkin karena ada tenggang waktu yang lama (sekitar 110 juta
tahun) sejak hadirnya rumput di dunia (yaitu sekitar 130 juta yang silam) dan
baru digunakan oleh ruminansia pada jaman Miocene, sekitar 20 juta tahun
yang lalu (Stewart, 1956). Tenggang waktu itu memungkinkan rumput tumbuh baik
dan menyebar disemua bagian dunia. Sabana di Afrika saat ini, misalnya,
ditumbuhi rumput secara lebih merata walaupun pada sabana itu terdapat juga
pohon dan semak leguminosa. Umumnya jumlah leguminosa di padang rumput tidak
lebih dari 10 persen dari jenis-jenis tanaman di padang itu.
Seperti
halnya rumput, melalui proses seleksi yang dilakukan manusia terhadap
biji-bijian sejak budaya hidup masih secara nomadik hingga menetap maka
sebagian jenis-jenis leguminosa berkembang menjadi bahan pangan. Jenis-jenis
leguminosa pangan yang kita kenal saat ini adalah seperti Glycine max,
Arachis hypogea, Vigna sinensis.
Peran
penting dari leguminosa tropika sebagai hijauan pakan untuk pastura maupun
pakan ternak ruminansia baru mendapatkan perhatian sejak tiga dekade yang lalu.
Sebelum kurun waktu itu, ilmuwan lebih memperhatikan jenis-jenis leguminosa
temperate seperti species-species dari genus Medicago, Trifolium, Vicia dan
Melilotus. Melalui riset maka dari benua Afrika mulai dikenal manfaat
jenis-jenis leguminosa tropika seperti dari genus Glycine, Vigna, Indigofera,
Dolichos dan Alysicarpus. Sedangkan dari kawasan Amerika tropis dikenal
jenis-jenis leguminosa pakan ternak seperti dari genus Calopogonium, Centrosema,
Desmodium, Leucaena, Phaseolus, Stylosanthes dan Teramnus.
Pada masa
silam, sejak jaman kekaisaran romawi, tanaman pohon atau perdu telah
dimanfaatkan manusia sebagai pakan ternak dengan cara dipotong dan daunnya
diberikan kepada ternak atau ternak dibiarkan meramban. Namun, manfaat penting
tanaman berkayu itu sebagai pakan ternak hanya diketahui kemudian (Baumer,
1992). Sebagai misal, perdu leguminosa Gliricidia maculata dan Gliricidia
sepium telah di-introduksi ke Afrika pada akhir abad kedelapan belas
sebagai tanaman naungan untuk perkebunan tanaman teh, kopi dan cokelat. Namun
manfaat penting kedua jenis leguminosa itu sebagai pakan hanya dikenal sejak
beberapa dekade yang lalu setelah diketahui bahwa daunnya mengandung 20-30%
protein kasar, 14% serat kasar dengan kecernaan antara 50 sampai 70%.
Jenis – jenis Leguminosa
Sentro (Centrosema pubescens)
Centrosema
pubescens berasal dari Amerika selatan tropis dan memiliki fungsi sebagai tanaman
penutup tanah, tanaman sela, dan pencegah erosi. Legum Centrosema pubescens
termasuk sub familia Papiloniceae dari famili Leguminoceae (Soedomo, 1985).
Batang Centro panjang dan sering berakar pada bukunya, tiap tangkai berdaun
tiga lembar, berbentuk elips dengan ujung tajam dan bulu halus pada kedua
permukaannya. Bunga berbentuk tandan berwarna ungu muda bertipe kacang ercis
dan kapri. Polong berwarna coklat gelap, panjang 12 cm, sempit dengan ujung
tajam terdiri dari 20 biji (Widjajanto, 1992). Centrosema pubescens tumbuh
dengan membelit pada tanaman lain atau menjalar di pagar dan juga menjalar
bersama–sama dengan rumput menutupi permukaan tanah. Batang panjang, sering
berakar pada bukunya, daun dengan tiga anak daun yang berbentuk telur dengan ujung
tajam, berambut, panjangnya 5 – 12 cm dan lebar 3 – 10 cm (Susetyo, 1985).
Kalopo (Calopogonium mucunoides)
Calopogonium
muconoides berasal dari Amerika Selatan Tropik bersifat perennial, merambat
membelit dan hidup di daerah – daerah yang tinggi kelembabannya
(Reksohadiprodjo, 1985). Pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, tidak tahan
terhadap penggembalaan, tidak tahan naungan yang lebat akan tetapi dapat tumbuh
dengan baik didaerah yang lembab (Sukamto, 2006).
Kalopo memiliki
batang lunak ditumbuhi bulu-bulu panjang berwarna cokelat dan daunnya ditutupi
oleh bulu halus berwarna cokelat keemasan, sehingga kurang disukai oleh ternak
(Soegiri et. al ,1982). Kalopo biasa dikembangbiakkan dengan dengan biji dan
mampu tumbuh baik pada tanah sedang sampai berat pada ketinggian 200 – 1000 m
diatas permukan laut dan membutuhkan curah hujan tahunan sebesar 1270 mm
(Reksohadiprodjo, 1985).
Gamal
(Gliricidia sepium)
Gamal adalah
sejenis legum yang mempunyai ciri-ciri tanaman berbentuk pohon, warna batang
putih kecoklatan, perakaran kuat dan dalam (Syarief, 1986). Gamal merupakan
leguminosa berumur panjang, tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik pada
lingkungan dengan temperatur suhu antara 20 – 30 oC dengan ketinggian tempat
antara 750 – 1200 m. Tanaman ini mampu hidup di daerah kering dengan curah
hujan 750 mm/thn dan tahan terhadap genangan. Perkembangan tanaman ini dengan
stek, dengan banyak cabang dan responsif terhadap pupuk N (Soedomo, 1985).
Penanaman
gamal yang harus diperhatikan yaitu jarak tanaman dibuat 2 – 2,5 m antar baris.
Tanaman gamal tinggi menjulang dengan batang lurus panjang. Kulit batangnya
mudah sekali lecet atau terkelupas. Bunga gamal tersusun dalam rangkaian dengan
warna merah muda keputihan. (Reksohadiprodjo, 1985). Komposisi nutrisi daun
gamal terdiri atas bahan kering 23%; protein kasar 25,2%; lemak 4,9%; BETN
55,5% (Rukmana, 2005).
Fungsi
tanaman: tanaman pelindung,pagar,makanan ternak,dan penahan erosi.Dapat
diperbayak dengan menggunakan stek ataupun biji. Gamal ditanam sebagai penahan
angin, bank protein, pakan ternak dan pagar hidup. Tanaman yang diperbanyak
dengan setek sudah dapat dipanen perdana pada usia di bawah 1 tahun. Biasanya
8-10 bulan. Sedangkan pada tanaman biji, hasil biomasa baru dapat diperoleh
pada usia sekira 2 tahun.Penanaman setek lebih baik berasal dari batang bawah
tanaman yang cukup usia (diatas 2 tahun), diameter batang cukup besar (diatas
4cm) dengan panjang setek bervariasi mulai dari 40cm sampai 1.5m. Jarak tanam
juga bervariasi, antara 40 -50cm sampai dengan 1.5 – 5m tergantung
kebutuhan. Gamal mengandung nilai gizi
yang tinggi. Protein kasar berada diantara 18-30% dan nilai ketercernaan 50-65%
(lihat tabel 1).
Tabel 1. Persentasi
dari Bahan Kering Gamal (Animal Feed Resources Information system,FAO.)
Hijauan
|
BK(%)
CP(%
|
PK(%)
CP(%
|
SK(%)
CP(%
|
Abu
CP(%
|
Ca
CP(%
|
P
CP(%
|
Gamal
|
29,1
|
23
|
20,7
|
20,7
|
76,000
|
76,000
|
Keterangan
BK= Berat Kering
PK= Protein Kasar
SK=Serat Kasar
CP=Ketercenaan
BK= Berat Kering
PK= Protein Kasar
SK=Serat Kasar
CP=Ketercenaan
Walaupun
sangat bermanfaat bagi ternak, tingkat racun dalam Gamal juga sudah dikenal
sejak lama. Sekurang-kurangnya ada beberapa jenis komponen racun dalam
Gamal,diantaranya dicoumerol, suatu senyawa yang mengikat vitamin K dan dapat
mengganggu serta menggumpalkan darah. Dicoumerol diperkirakan merupakan hasil
konversi dari coumarin yang disebabkan oleh bakteri ketika terjadi
fermentasi.Zat lain yang perlu diperhatikan adalah Nitrat (NO3). Sebetulnya
nitrat itu sendiri tidak beracun terhadap ternak, tapi pada jumlah yang banyak
dapat menyebabkan penyakit yang disebut keracunan nitrat (nitrate poisoning).
Nitrate yang secara alamiah terdapat pada tanaman di rubah menjadi nitrit oleh
proses pencernaan, pada gilirannya nitrit dikonversi menjadi amonia. Amonia
kemudian di konversi lagi menjadi protein oleh bakteri dalam rumen. Apabila
ternak sapi mengkonsumsi banyak hijauan yang mengandung nitrat dalam jumlah
besar, nitrit akan terakumulasi di dalam rumen. Nitrit sekurangnya 10 kali
lebih beracun terhadap ternak sapi dibandingkan nitrat. Nitrit diserap kedalam
sel darah merah dan bersaru dengan molekul pengangkut oksigen, hemoglobin
sehingga membentuk methemoglobin.
Sayangnya,
methemoglobin tidak dapat membawa oksigen dengan efisien seperti hemoglobin,
akibatnya detak jantung dan pernafasan ternak meningkat, darah dan lapisan
kulit berubah warna menjadi biru kecoklat coklatan, otot gemetar, sempoyongan
dan bila tidak segera ditangani dapat mati lemas.Selain itu, dalam Gamal juga
terdapat molekul alkaloid yang belum dapat diidentifikasi dan senyawa pengikat
protein yang juga tergolong zat anti nutrisi, tannin walaupun dalam konsentrasi
yang cukup rendah dibandingkan Kaliandra (Calliandra calothrysus).
Kaliandra (Calliandra calothrysus)
Tinggi
tanaman (pohon) kaliandra dapat mencapai 8 m. tanaman kaliandra dapat tumbuh di
dataran rendah hingga ketinggian 1500 m dpl, toleran terhadap tanah yang kurang
subur, dapat tumbuh cepat dan berbintil akar sehingga mampu menahan erosi tanah
dan air.
Manfaat kaliandra pada makanan ternak adalah sebagai bank protein. Penanaman kaliandra pada tanah-tanah yang kurang produktif dapat menekan pertumbuhan gulma. Selain itu tanaman ini dapat digunakan sebagai tanaman penahan erosi dan penyubur tanah.
Manfaat kaliandra pada makanan ternak adalah sebagai bank protein. Penanaman kaliandra pada tanah-tanah yang kurang produktif dapat menekan pertumbuhan gulma. Selain itu tanaman ini dapat digunakan sebagai tanaman penahan erosi dan penyubur tanah.
Daun
kaliandra mudah dikeringkan dan dapat dibuat sebagai tepung makanan ternak
kambing.
Tabel 2. Komposisi Kandungan
Kaliandra
Hijauan
|
PK (%)
|
EK(kkal/
|
SDN (%)
|
Lignin (%)
|
Abu (%)
|
Ca (%)
|
Protein
(%)
|
Kaliandra
|
22,4
|
46,30
|
24,0
|
19,95
|
7,5
|
1,6
|
0,2
|
Turi ( Sesbania grandiflor)
Berasal dari daerah srilangka.Tumbuh
pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1.200m), dengan curah hujan 2.000
mm/tahun.Termasuk sejenis tanaman semak.Di Indonesia banyak ditanam di pematang
sawah.
Sifat khusus dari tanaman turi adalah pertumbuhannya yang begitu cepat, tinggi tanaman bisa mencapai 10 meter, dan bunga besar berbentuk seperti kupu-kupu berwarna merah muda,putih atau ungu. Berdaun keci-kecil dan bulat,buahnya berbentuk polong yng panjang.Turi dapat beradaptasi pada tanah asam yang tidak subur,tanah kapur, kadang-kadang juga tumbuh subur pada tanah yang tergenang air. Digunakan sebagai makanan ternak karena :
Sifat khusus dari tanaman turi adalah pertumbuhannya yang begitu cepat, tinggi tanaman bisa mencapai 10 meter, dan bunga besar berbentuk seperti kupu-kupu berwarna merah muda,putih atau ungu. Berdaun keci-kecil dan bulat,buahnya berbentuk polong yng panjang.Turi dapat beradaptasi pada tanah asam yang tidak subur,tanah kapur, kadang-kadang juga tumbuh subur pada tanah yang tergenang air. Digunakan sebagai makanan ternak karena :
·
Merupakan
sumber vitamin,terutama pro vitamin A,Vitamin B,C,E.
·
sumber
mineral,terutama Ca,dan P.
Daun turi
merupakan hijauan makanan ternak yang potensial. Komposisi zat gizi daun turi
terdiri atas:
Tabel
3. Kompossi Zat Gizi Daun Turi
Hijauan
|
PK (%)
|
EK(kkal/g)
|
SDN (%)
|
Lignin (%)
|
Abu (%)
|
Ca (%)
|
Protein
(%)
|
Turi
|
27,3
|
4.825
|
24,4
|
2,7
|
7,5
|
1,5
|
0,4
|
Seluruh
masyarakat Timor pasti mengenal Turi/kane/gala-gala. Turi merupakan pohon
serbaguna sebagai makanan hewan, sayuran konsumsi manusia, untuk kayu bakar dan
batangnya sebagai material konstruksi ringan serta sangat baik untuk meningkat
kesuburan lahan. Turi bisa diandalkan sebagai makanan pokok Sapi. Sayangnya
tumbuhan ini walau tahan terhadap kekeringan, tapi tidak tahan terhadap api dan
gulma/tanaman penganggu.
2.1.5 Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala)
Leucaena
leucocephala atau lamtoro merupakan leguminosa yang berasal dari Amerika
tengah, Amerika selatan dan Kepulauan Pasifik. Tanaman ini tumbuh tegak, berupa
pohon dan tidak berduri (Sutopo, 1988). Lamtoro dapat tumbuh pada daerah
dataran rendah sampai dengan 500 m di atas permukaan air laut dengan curah
hujan lebih dari 760 mm/th (Soedomo, 1985). Lamtoro dapat tumbuh baik pada
tanah dengan tekstur berat dengan drainase yang baik dan sangat responsif
terhadap Ca dan P pada tanah masam (Susetyo, 1985)
Berasal dari amerika tengah dan selatan.Tumbuh
pada ketinggian 0-1200 m dpl,dengan struktur tanah sedang sampai berat,dan
dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur.Curah hujan 700-1.650
mm/tahun,temperature 20-30oc.
Tanaman ini berbentuk pohon yang bisa mencapai ketinggian 10 m dan
memiliki akar yang cukup dalam.Daunnya kecil-kecil,bentuknya lonjong,bunganya
bertangkai.
Tanaman ini
toleran terhadap hujan,angin,kekeringan,serta tanah-tanah yang kurang
subur. Lamtoro lebih sesuai pada tanah
yang tidak masam (pH 5,5-7,5) dan kurang baik tumbuhnya apabila tanah masam (pH
4-5,5). Gliricidia mempunyai daya toleransi yang lebih tinggi terhadap
kemasaman tanah, tahan pangkasan dan cepat kembali bertunas sesudah
pemangkasan. Kaliandra mempunyai daya adaptasi yang cukup luas tetapi kalah
populer dibandingkan dengan gliricidia.
Lamtoro dapat digunakan sebagai tanaman makanan ternak, tanaman
pelindung, mempertahankan kesuburan tanah dan mencegah erosi.Jarak
tanam:180-240 cm.pemotongan pertama dapat dilakukan pada waktu tanam berumur 6
– 9 bulan kemudian pemotongan dapat diulangi 4 bulan sekali.
Bahan tanam
dari lamtoro adalah berupa biji dan stek. Lamtoro dapat dipotong pertama kali
setelah mencapai tinggi 0,6 – 0,9 m yaitu sekitar umur 4 – 6 bulan, dengan
interval pemotongan 2 – 3 bulan (Soegiri et. al, 1982). Tanaman lamtoro dapat
di tanam bersama dengan rumput Guinea. Daun muda lamtoro terdapat racun mimosin
(Sutopo, 1988). Lamtoro berakar dalam, mempunyai ketinggian antara 6,5 sampai
33 ft. Daun – daunnya berkurang, berbunga dengan bentuk bola berwarna putih
kekuning-kuningan atau merah muda. Lamtoro dapat ditanam untuk makanan ternak,
pemotongan pertama dapat dilakukan 6 – 9 bulan sesudah penyebaran bijinya,
pemotongan dilakukan sampai sisa tanaman adalah 2 sampai 4 inchi dari atas
tanah dan kemudian pemotongan berikutnya dapat dilakukan tiap 45 bulan sekali.
Petai cina atau lamtoro ini dapat ditanam sebagai tanaman annual dan perennial
(Reksohadiprodjo, 1985).
Puero (Pueraria
phaseoloides)
Puero
(Pueraria phaseoloides) memiliki kultur teknis dikembangbiakkan dengan biji
(Susilo, 1991). Puero termasuk tanaman jenis legum berumur panjang, yang
berasal dari daerah subtropis, tetapi bisa hidup di daerah tropik dengan
kelembaban yang tinggi. Tanaman ini tumbuh menjalar dan memanjat (membelit),
bisa membentuk hamparan setinggi 60–75 cm (Sutopo, 1985). Puero berasal dari
India Timur, siklus hidupnya perenial. Ciri-cirinya tumbuh merambat, membelit
dan memanjat. Sifat perakarannya dalam, daun muda tertutup bulu berwarna
coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan (Soegiri
et al., 1982).
Orok-orok (Crotalaria juncea)
Crotalaria
juncea L, meruapakan species yang tinggi nilainya, karena bermanfaat sebagai
pupuk hijau, pakan ternak, dan produksi serat yang mempunyai peranan penting
untuk dipakai sebagai bahan untuk industri kertas (Bang, 1990). Ciri-ciri
tanaman ini adalah batangnya tumbuh tegak lurus, berbentuk bulat dan sedikit di
atas permukaan tanah melebar. Warna kulit batang hijau muda atau hijau
kekuning-kuningan. Cabangnya tumbuh memancar dan terdapat sepanjang batang dari
pangkal sampai ujung. Tinggi batang, dari tanah sampai ujung, berdaun tunggal
dan letaknya tersebar. Tangkai daun pendek, sedangkan daunnya berbentuk taji
dengan tepi yang rata dengan ukuran panjang 3,5 sampai 5 cm dan lebar 0,75
sampai 1,95cm. Daun berwarna hijau muda berbulu halus seperti beludru, baik
pada helaian atas maupun bawah dan berakhir pada ujung helaian daun (Joenoes,
1978).
Limbah hasil
Pertanian
Limbah
tanaman pertanian yang dimaksud dalam sub-bab ini adalah bagian-bagian dari
tanaman yang dibudidayakan setelah produk utamanya dipanen untuk kepentingan
manusia. Khususnya pada kawasan tropis dimana pemeliharaan ruminansia dilakukan
oleh mereka yang mengoperasikan sistem pertanian campuran maka petani-ternak
pada kawasan itu juga memanfaatkan limbah tanaman pertanian yang
dibudidayakannya sebagai pakan untuk ternak ruminansia mereka. Adapun
jenis-jenis limbah tersebut beragam antar lokasi, tergantung pada jenis tanaman
pertanian yang dibudidayakan setempat. Pada kawasan Asia-Pasifik, jenis-jenis
limbah pertanian itu meliputi jerami padi, jerami kacang tanah, jerami kacang
kedelai, tebon jagung, jerami sorghum, daun ketela pohon, daun ketela rambat,
daun talas dan pucuk tebu. Jenis-jenis limbah dimaksud selaras dengan
jenis-jenis tanaman pertanian yang umum dibudidayakan.
Sejalan
dengan penggunaan limbah pertanian seperti dimaksud diatas, petani ternak juga
mengembalikan kotoran ternak yang dihasilkannya ke lahan pertanian sebagai
pupuk. Kondisi itu menjadikan pola pertanian campuran pada sebagian besar
kawasan tropis bersifat terintegrasi antara tanaman dan ternak dengan tujuan
memaksimumkan sumberdaya pada tingkat rumahtanggatani (Schiere dan Kater,
2001). Integrasi semacam itu akhir-akhir ini menjadi semakin populer dikawasan
empat musim sebagai bagian sistem pertanian yang disebut New Conservation
Agriculture.
Khususnya untuk
jenis tanaman jagung, pada kawasan tropika, menghasilkan tebon jagung setelah
buah jagungnya dipanen untuk konsumsi manusia. Oleh petani-ternak, tebon jagung
dapat langsung diberikan kepada ternak dalam keadaan segar atau terlebih dahulu
dikeringkan matahari menjadi hoi (hay) kemudian disimpan dan diberikan
kepada ternak pada saat musim paceklik pakan (umumnya terjadi pada musim
kemarau). Pada berbagai negara dikawasan empat musim, tanaman ini justru
dibudidayakan sebagai hijauan pakan ternak. Tanaman jagung dipanen sekaligus
bersama buahnya untuk diberikan kepada ternak ruminansia sebagai sumber zat
makanan dan energi. Jenis tanaman ini juga dibudidayakan untuk diawetkan dalam
bentuk segar yang disebut silase untuk digunakan sebagai pakan pada musim dingin
(winter). Saat itu ternak tidak dapat merumput di padang rumput yang
bersalju dan harus dikandangkan dan diberi pakan silase jagung.
Jenis Bahan Pakan Asal Biji-bijian dan
Umbi-umbian
Asal Biji-bijian
Nama latin : Sorghum almum
Nama umum : Parodi
Asal : Afrika, Amerika Selatan
Deskripsi : - Tegak, rumpun dgn banyak anakan, dari rhizom yg pendek tumbuh anakan,
tinggi 3.4 m
- Satu kg berisi 121.000 biji
Agronomi : - Diturunkan dari hybrid Johnson grass(Sorghum halepense), Sorgum biji
dan Sorghum bicolor
- Hidup hujan > 460 mm/th, tahan kering dan tahan kadar garam tinggi- P-
Asal : Afrika, Amerika Selatan
Deskripsi : - Tegak, rumpun dgn banyak anakan, dari rhizom yg pendek tumbuh anakan,
tinggi 3.4 m
- Satu kg berisi 121.000 biji
Agronomi : - Diturunkan dari hybrid Johnson grass(Sorghum halepense), Sorgum biji
dan Sorghum bicolor
- Hidup hujan > 460 mm/th, tahan kering dan tahan kadar garam tinggi- P-
Pada tanah subur bisa hidup 10 th
dan Berbunga setelah 49-56 hari
- Kegunaan : hay, silase, grazing
- Kegunaan : hay, silase, grazing
ahmad
BalasHapuswelcome to my bloger bro ?
BalasHapuskok nggak di update lagi blognya
BalasHapus